epidemiologi lingkungan

TUGAS EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN
MAKALAH KAITAN PENYAKIT TB PADA AGENT, HOST, DAN LINGKUNGAN
(Studi Kasus Kota Pariaman)


Dosen Pembimbing
Taufik Ihsan, MT


Description: C:\Users\user\Documents\12.png

Disusun Oleh
Nelsy Mariza Syahyuda
1310024428021



SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur diberikan kepada Allah SWT yang mana berkat rahmat dan karunianyalah makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini berjudul Kaitan Penyakit TB pada Agent, Host, Lingkungan. Makalah ini di buat guna melengkapi tugas mata kuliah Epidemiologi Lingkungan yang dibimbing oleh Taufik Ihsan, MT.
Salawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, dengan keinginan besar makalah ini dapat terselesaikan dan dapat menjadi bahan tambahan bagi penilaian dosen pada bidang studi Epidemiologi Lingkungan. Semoga makalah ini menjadi suatu informasi yang berguna yang dapat diambil mamfaatnya oleh semua pihak yang membacanya serta menjadi suatu bahan yang dapat dibahas untuk menjadi kesadaran kita dalam menjaga lingkungan nantinya.
Ucapan terima kasih di sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Dengan sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, apabila ada penulisan kata yang salah saya selaku pembuat makalah ini memohon maaf atas kesalahan yang di buat.








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I DATA EKSISTING KASUS
1.1  Tempat Kejadian ….……………………….……………………....…      1
1.2  Jenis Wabah ……….………………….…………………………..….      1
1.3  Korban ……………..……………………………….………………..      2
1.4  Penyebab ……….…………………………………………………....       3
BAB II IDENTIFIKASI MODEL GORDON
2.1 Agent pada Studi Kasus …...…………………………………………      6 
2.2 Host pada Studi Kasus ……...….…………………………………….      6
2.3 Lingkungan pada Studi Kasus ……………………………………….      7
BAB III PEMBAHASAN
3.1  Analisis Kasus Bedasarkan Konsep Gordon …………………………     10
3.2  Kesimpulan …………………..………………………………………     12
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
DATA EKSISTING KASUS

1.1 Tempat Kejadian
        Pada data kasus yang diambil untuk kaitan dengan agent, host dan lingkungan maka studi  kasus diambil di Kota Pariaman. Makalah ini dibuat demi memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Lingkungan dan juga sebagai penambahan ilmu dalam pengkajian tentang bagaimana langkah kita dalam menjaga lingkungan serta kesehatan. Kota Pariaman dipilih karena dari data yang didapat yang terkena penyakit dan kurangnya ilmu pengetahuan dalam memahami lingkungan dan kaitannya pada kesehatan. Sangat berguna jika makalah ini diterima sebagai ilmu pengetahuan yang patut dipedomani dalam kehidupan masyarakat untuk sadar diri akan lingkungan dan penyebab kesehatannya. Maka dari itu tempat yang dipilih adalah Kota Pariaman.
1.2 Jenis Wabah
        Penyakit yang diambil dan dikaitkan dengan judul diatas adalah TB (Turbecolus). Penyakit ini banyak terjadi di Kota Pariaman. Batuk kering atau penyakit tuberkulosis (sering digelar tibi) adalah jangkitan bakteria Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya menyerang paru-paru (TB pulmonari) dan ia juga mampu menyerang sistem saraf tunjang (meningitis), sistem limfa, sistem peredaran (TB miliari), sistem genitourinari, tulang, sendi dan lain-lain. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara.[2] Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.
        Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. (dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.) Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu lama. Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan dan diobati bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-obat (TB MDR). Untuk mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penapisan penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil Calmette–Guérin. Bila infeksi Tuberkulosis yang timbul menjadi aktif, sekitar 90%-nya selalu melibatkan paru-paru. Gejala-gejalanya antara lain berupa nyeri dada dan batuk berdahak yang berkepanjangan. Sekitar 25% penderita tidak menunjukkan gejala apapun (yang demikian disebut "asimptomatik"). Kadangkala, penderita mengalami sedikit batuk darah. Dalam kasus-kasus tertentu yang jarang terjadi, infeksi bisa mengikis ke dalam arteri pulmonalis, dan menyebabkan pendarahan parah yang disebut Aneurisma Rasmussen. Tuberkulosis juga bisa berkembang menjadi penyakit kronis dan menyebabkan luka parut luas di bagian lobus atas paru-paru. Paru-paru atas paling sering terinfeksi. Alasannya belum begitu jelas. Kemungkinan karena paru-paru atas lebih banyak mendapatkan aliran udara atau bisa juga karena drainase limfa yang kurang baik pada paru bagian atas.
1.3 Korban
        Penanggulangan tuberculosis, khususnya TB paru di lndonesia telah dimulai sejak tahun 1969, namun jumlah penderita TB paru semakin meningkat. Penelitian kualitatif etnografis ini bertujuan untuk mengkaji upaya kemandirian masyarakat dalam upaya pencegahan penularan penyakit TB paru. Cara pengumpulan data observasi partisipatori, wawancara mendalam dengan informan penderita TB paru dan keluarga. Lokasi penelitian di Kota Pariaman. Masyarakat Kota Paraiaman yang terkena infeksi oleh Virus TB. Pada tahun 2013 saja banyak masyarakat yang tersenrang penyakit TB karena kurangnya pengetuhuan dan kebersihan dari masyarakat itu sendiri. Perkembangan dari infeksi TB menjadi penyakit TB yang nyata muncul saat basil mengalahkan pertahanan sistem imun dan mulai memperbanyak diri. Pada penyakit TB primer (sejumlah 1–5% dari kasus), perkembangan ini muncul segera setelah infeksi awal. Namun, pada kebanyakan kasus, suatu Infeksi laten muncul tanpa gejalan yang nyata. Kuman yang dorman ini menghasilkan tuberkulosis aktif pada 5–10% dari kasus laten ini, dan pada umumnya baru akan muncul bertahun-tahun setelah infeksi.
        Resiko reaktivasi meningkat sebagai akibat imunosupresi, seperti misalnya disebabkan oleh infeksi HIV. Pada orang yang juga terinfeksi oleh “M. tuberculosis” dan HIV, resiko adanya reaktivasi meningkat hingga 10% per tahun. Studi yang menggunakan sidik DNA dari galur “M. tuberculosis”menunjukkan bahwa infeksi kembali menyebabkan kambuhnya TB lebih sering dari yang diperkirakan. Infeksi kembali dapat dihitung lebih dari 50% kasus dimana TB biasa ditemukan. Peluang terjadinya kematian karena tuberkulosis adalah kurang lebih 4% pada tahun 2008, turun dari 8% pada tahun 1995.
1.4 Penyebab
        Sekitar 4000 tahun yang lampau, peradaban manusia dikejutkan dengan munculnya epidemi penyakit yang menyerang organ pernapasan utama manusia, yaitu paru-paru. Akhirnya dunia pun tahu, ketika Robert Koch (1882) berhasil mengidentifikasi kuman penyebab infeksi tersebut, Mycobacterium tuberculosis.
        Tuberculosis atau penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang bisa bersifat akut maupun kronis dengan ditandai pembentukan turbekel dan cenderung meluas secara lokal. Selain itu, juga bersifat pulmoner maupun ekstrapulmoner dan dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya. Hingga kini, TBC menjadi salah satu problem utama kesehatan dunia, terutama di negara berkembang. Menurut perkiraan WHO (1964) untuk dunia, secara keseluruhan sekitar 15 juta jiwa menderita infeksi TBC dan lebih dari 3 juta kematian dapat dihubungkan dengan TBC, serta diestimasikan untuk tiap tahunnya muncul 2-3 juta kasus baru TBC.
        Geografis dan distribusi temporal dari TBC berbeda-beda baik tempat maupun waktu. Dalam perkembangannya, kematian yang disebabkan oleh TBC perlahan menurun, sehingga TBC sebagai penyebab kematian turun dari posisi ke-2 pada tahun 1900 menjadi posisi ke-16 di tahun 1960. Namun kenyataan diatas tidak berlaku di beberapa tempat yang kurang berkembang aspek pencegahannya terutama di belahan dunia ketiga. TBC tetap menjadi penyebab kematian dini dan ketidakmampuan, dengan lebih dari 70% anak-anak terinfeksi sebelum berumur 14 tahun.
        Penyebab utama penyakit TB adalah Mycobacterium tuberculosis, yaitu sejenis basil aerobik kecil yang non-motil. Berbagai karakter klinis unik patogen ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak/lipid yang dimilikinya. Sel-selnya membelah setiap 16 –20 jam. Kecepatan pembelahan ini termasuk lambat bila dibandingkan dengan jenis bakteri lain yang umumnya membelah setiap kurang dari satu jam. Mikobakteria memiliki lapisan ganda membran luar lipid. Bila dilakukan uji pewarnaan Gram, maka MTB akan menunjukkan pewarnaan "Gram-positif" yang lemah atau tidak menunjukkan warna sama sekali karena kandungan lemak dan asam mikolat yang tinggi pada dinding selnya. MTB bisa tahan terhadap berbagai disinfektan lemah dan dapat bertahan hidup dalam kondisi kering selama berminggu-minggu. Di alam, bakteri hanya dapat berkembang dalam sel inang organisme tertentu, namun M. tuberculosis bisa dikultur di laboratorium.
        Dengan menggunakan pewarnaan histologis pada sampel dahak yang diekspektorat, peneliti dapat mengidentifikasi MTB melalui mikroskop (dengan pencahayaan) biasa. (Dahak juga disebut "sputum"). MTB mempertahankan warna meskipun sudah diberi perlakukan larutan asam, sehingga dapat digolongkan sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Dua jenis teknik pewarnaan asam yang paling umum yaitu: teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yang akan memberi warna merah terang pada bakteri BTA bila diletakkan pada latar biru, dan teknik pewarnaan auramin-rhodamin lalu dilihat dengan mikroskop fluoresen.
        Kompleks M. tuberculosis (KMTB) juga termasuk mikobakteria lain yang juga menjadi penyebab TB: M. bovis, M. africanum, M. canetti, dan M. microti. M. africanum tidak menyebar luas, namun merupakan penyebab penting Tuberkulosis di sebagian wilayah Afrika. M. bovis merupakan penyebab umum Tuberkulosis, namun pengenalan susu pasteurisasi telah berhasil memusnahkan jenis mikobakterium yang selama ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang ini. M. canetti merupakan jenis langka dan sepertinya hanya ada di kawasan Tanduk Afrika, meskipun beberapa kasus pernah ditemukan pada kelompok emigran Afrika. M. microti juga merupakan jenis langka dan seringkali ditemukan pada penderita yang mengalami imunodefisiensi, meski demikian, patogen ini kemungkinan bisa bersifat lebih umum dari yang kita bayangkan.  Mikobakteria patogen lain yang juga sudah dikenal antara lain M. leprae, M. avium, dan M. kansasii. Dua jenis terakhir masuk dalam klasifikasi "Mikobakteria non-tuberkulosis" (MNT). MNT tidak menyebabkan TB atau lepra, namun menyebabkan penyakit paru-paru lain yang mirip TB.


BAB II
IDENTIFIKASI MODEL GORDON

2.1 Agent pada Studi Kasus
        Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama.
        Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru. Penyebab penyakit ini adalah kerusakan pada paru yang disebabkan oleh virus yang diatas. Penyakit ini dapat menyebabkan gangguan pada pernafasan seperti batuk dan sesak nafas. Di Kota Pariaman didata oleh Pemerintah Kesehatan Setempat banyak yang terkena infeksi oleh viris ini. Serta juga dapat menyebar ketulang dan lain-lainnya. Adapun juga penyakit ini disebabkan dengan factor keturunan dan penyakit ini juga menular. Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.
2.1 Host pada Studi Kasus
        Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan kematian ;
1)      Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita.
2)      Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita.
3)      Puncak sedang pada usia lanjut. Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi.
Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi. Di Kota Pariaman umunnya yang terkena penyakit ini adalah masyarakat kelangan bawah seperti anak-anak yang sangat rentan terinfeksi penyakit ini karena sistim imun yang tidak kuat, sehingga dapat terinfeksi dengan bergitu mudah. Kalangan tidak mampu atau miskin juga sangat rentan karena lingkungan yang tidak sehat serta pemakaian air yang tidak bersih untuk dikosumsi.
2.3 Lingkungan pada Studi Kasus
        Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis. Pada lingkungan juga dapat terkena penyakit ini oleh lingkungan fisiknya yaitu seperti udara, air dan unsure kimiawi seperti bersin didekat orang yang beklum terinfeksi, maka orang yang sehat juga bisa dapat terjangkit penyakit itu sendiri, terserang secara tidak langsung. Pada lingkungan sosial juga perlu diperhatikan, kurangnya sosialisasi dalam masyaakat pada penyakit ini dan juga pengetahuan tentang penyakit TB maka menyebabkan masyarakat dapat terinfeksi dengan mudah. lingkungan yang kualitas hidupnyakurang sehat maka juga sangat mudah untuk terinfeksi.
        Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan.  Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini. Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.
Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)
Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan pencernaan Host. Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta,  kemudian berdormansi sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis. Infeksi berikut seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan Lingkungan.
Description: https://pramareola14.files.wordpress.com/2010/02/stop-tb-poster-large.jpg?w=468&h=620










BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Kasus Bedasarkan Konsep Gordon
            Pada halnya Studi Kasus Penyakit TB di Kota Pariaman dengan analisis konsep Gordon lebih memberatkan pada host yang berpengaruh langsung terhadap lingkungan. Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
            1. Pencegahan Primer
            Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi. Proteksi spesifik  dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ;
a.       Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan.
b.      Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak.
c.       Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
            2. Pencegahan Sekunder
            Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.
            Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif. Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.
            3. Pencegahan Tersier
            Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.
            Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai berikut :
  1. Perkembangan media.
  2. Metode solusi problem keresistenan obat.
  3. Perkembangan obat Bakterisidal baru.
  4. Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.
  5. Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang fleksibel.
  6. Studi lain yang intensif.
  7. Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang terkontrol.
Description: https://pramareola14.files.wordpress.com/2010/02/segitiga-tbc.jpg?w=468&h=151
3.2 Kesimpulan
Dari hasil telaah pustaka dan kajian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
  1. TBC adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang utama menyerang organ paru manusia.
  2. TBC merupakan salah satu problem utama epidemiologi kesehatan didunia.
  3. Agent, Host dan Lingkungan merupakan faktor penentu yang saling berinteraksi, terutama dalam perjalanan alamiah epidemi TBC baik periode Prepatogenesis maupun Patogenesis. Interaksi tersebut dapat digambarkan dalam Bagan “Segitiga Epidemiologi TBC”.
  4. Pada konsep Gorden, host meberatkan agent ke lingkungan, suatu keadaan yang terpengaruh pada agent penyakit secara langsung kelingkungan.
Pencegahan terhadap infeksi TBC sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier (rehabilitasi).






DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman Dr. 1996. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi.            Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Pramareola. 2010. “Artikel Epidemiologi”. Tuberculosis Interaksi Agent, Host,       Lingkungan Terhadap Tahapan Pencegahannya, (Online),      (https://pramareola14.wordpress.com, diakses 15 Mei 2015).
World Health Organitation (WHO). 2004. Epidemiologi Of Tuberculosis,   (Online), (http://who.org/orgs/dissease/tuberculosis/epidemiology.htm,           diakses 15 Mei 2015).
Octaviana, S.Si, M.Kes, Devi. 2013. “Epidemiologi”. Host, Agent dan        Lingkungan, (Online), (https://environmental.wordpress.com, diakses 07     Mei 2015).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Kesehatan Lingkungan

pengendalian banjir dan kekeringan

makalah pencemaran air